Kutukan Orang-orang Kuat

"Burnout adalah kutukan orang-orang kuat." 

Kutipan di atas ada di dalam sebuah konten Reels. Lalu muncul di explore Instagram-ku. Kemudian aku cari siapa orang yang bicara di konten tersebut melalui Google.

Ternyata namanya Dr. Robyne Hanley-Dafoe. Dirinya merupakan influencer, akademisi, dan pembicara di bidang psikologi, juga menulis buku yang cukup terkenal.



Orang-orang Kuat

Kembali ke ulasan video reels, ada sebagian dari kita—termasuk diriku sendiri—yang merasa kuat. Dalam arti mempunyai kemampuan cukup baik dalam berbagai bidang. Aku misalnya, merasa baik dalam melakukan tugas sehari-hari. Nggak jenius tapi juga nggak pernah ada halangan berarti di urusan akademik. Juga bisa melakukan beberapa jenis olahraga dengan cukup baik.

Hal ini membuatku cukup percaya diri dalam berbagai urusan. Sampai membawaku sekitar 10 tahun terakhir selalu menyibukkan diriku dengan berbagai urusan.

Sekarang sudah sedang-sedang saja. Tapi dahulu sekitar 2016-2018 aku punya 7-8 tanggungjawab mingguan. Ini membuatku nyaris nggak pernah istirahat selain tidur di malam hari. Main pun sepertinya nggak sempat.

Selain kerepotan dengan banyaknya urusan, ternyata hal ini juga berdampak ke kesehatan mental. Burnout namanya. Sejauh yang aku ketahui, burnout adalah keadaan di mana pikiran kita sebenarnya capek, tapi nggak terasa capek sebagaimana halnya tubuh setelah olahraga.

Burnout

Dalam diriku sendiri, burnout membuatku jadi sangat letih setelah kegiatan yang menguras waktu dan tenaga, serta bertemu dengan orang banyak. Ini sudah terjadi beberapa tahun belakangan, tapi aku abaikan. Di satu titik bulan Mei tahun 2023 misalnya, aku membuat kegiatan pelatihan 9 hari. 

Malam hari setelah kegiatan harian, aku selalu memilih menyendiri dan segera tidur. Setelah rangkaian kegiatan aku butuh beberapa hari sebelum bisa kembali aktif.

Awal Juni 2024 lalu, hal serupa terjadi. Kegiatan hanya satu hari, tapi persiapannya sangat menguras pikiran dan tenaga. Setelahnya aku butuh 3 hari untuk memulihkan diri melakukan tugas sehari-hari.

Selain karena banyaknya urusan, aku baru sadar bahwa semakin seseorang bertambah usia, semakin banyak informasi yang harus diolah oleh otak. Ini berarti, semakin dewasa urusan kita makin kompleks, tanggungjawab juga makin besar. Akibatnya, kapasitas orang dewasa dengan remaja berbeda.

Dulu, aku bisa punya 7-8 tanggungjawab mingguan. Sekarang, 3-4 tugas saja sudah terasa terlalu banyak.

Dulu, aku bisa menjalani agenda besar di akhir pekan dengan semangat penuh. Sekarang, kalau terlalu bersemangat justru akan capek setelahnya.

Dulu, aku sangat senang dengan perjalanan jauh, tanpa istirahat langsung beraktivitas. Sekarang, setelah perjalanan jauh aku perlu istirahat beberapa jam sebelum memulai aktivitas.

Produktivitas ≠ Kerja Tanpa Istirahat

Lebih jauh lagi, burnout ternyata mungkin terjadi karena diri kita merasa bisa. Setelah merasa bisa, akan melakukan banyak hal sendirian. Inilah maksud dari burnout sebagai "the curse of the strong" (kutukan orang-orang kuat). Ketika seseorang merasa kuat dan melakukan semua hal sendirian, burnout akan mungkin terjadi.

Karena, melakukan banyak hal sendirian itu nggak baik. Manusia diciptakan untuk saling mengenal dan bekerja sama satu sama lain. Dalam sejarah umat manusia pun, kemajuan dicapai karena kemampuan manusia bekerja sama di level kolektif, bukan kehebatan individu. Super team, bukan super man.

Jadi pembagian tugas dan pendelegasian itu perlu. Meskipun mungkin nggak terlalu puas dengan hasilnya. Mungkin juga harus menunggu sedikit lebih lama. Tapi nggak apa-apa, membagi tugas itu perlu untuk membantu diri kita nggak "kelebihan beban".

Terakhir, ternyata produktivitas itu nggak sama dengan kerja tanpa istirahat. Aku sendiri mendefinisikan produktif sebagai "Menyelesaikan tugas sehari-hari dengan baik". Selain itu juga "Dapat berkontribusi secara maksimal dalam setiap pilihan kita".

Itu berarti menjadi produktif bukan berarti kita kerja setiap hari sampai larut malam. Kita tetap butuh istirahat. Nggak perlu merasa bersalah juga ketika sesekali menghabiskan waktu untuk kesenangan kecil. Misalnya tidur siang, main PS, ngobrol santai dengan teman, liburan singkat, menonton One Piece, atau mungkin memancing.


Pada akhirnya, orang yang kuat juga tetap manusia. Punya kapasitas diri dan pikiran yang mirip-mirip dengan manusia pada umumnya. Sehingga tetap butuh istirahat dan berhenti sejenak untuk menjaga diri tetap baik-baik saja. Jangan lupa makan enak dan sehat, minum air putih yang banyak, dan olahraga teratur.


---

Ps.
Tulisan ini adalah cerita pribadi. Identifikasi dan diagnosis kasus kesehatan mental harus dilakukan oleh tenaga profesional. Kalau kamu merasa nggak baik-baik saja dan cukup mengganggu kehidupan sehari-hari aku menyarankan untuk berkonsultasi dengan ahli. :)

Komentar

Postingan Populer