Sekelumit Petualanganku ke Luar Negeri

Februari 2020, aku membuat paspor di Kantor Imigrasi Yogyakarta. Ini aku lakukan setelah cukup lama meyakinkan diri. Beberapa tahun sebelumnya aku selalu membuat ujaran bahwa paspor itu adalah doa untuk ke luar negeri.

Rencananya, aku mau menabung dan main ke Malaysia atau Singapura di tahun 2020 atau 2021. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, satu bulan setelahnya pandemi terjadi. Alih-alih ke bertualang ke luar negeri, aku justru terkurung di kamar dan lingkungan sekitar rumah.



Fast forward, kesempatan pertamaku ke luar negeri justru datang dua tahun kemudian pada 2022. Saat nggak terlalu percaya diri dan nggak punya rencana, takdir justru membawaku ke Amerika Serikat. Lolos program YSEALI. Pada prosesnya terjadi kesalahan pemesanan tiket sehingga aku berangkat sendirian, berbeda penerbangan tiket dari teman-teman YSEALI dari Indonesia.

Sekembalinya dari Amerika Serikat aku langsung dinantikan tugas di Muktamar Muhammadiyah. Usai Muktama, aku diminta menjadi Master of Training TM3 di Batam, Kepulauan Riau. Setelah sepekan acara, aku dan Yusuf yang saat itu menjadi fasilitator menyeberang ke Singapura. Keliling kota lalu malam harinya naik bus menuju Malaysia.

Di Malaysia, kami dijemput Ulin. Numpang menginap di Rumah Dakwah Muhammadiyah, lalu mencari penginapan murah lewat Airbnb. Dua hari di Malaysia, kami kembali ke Jogja lewat Kuala Lumpur.

Pengalaman-pengalaman pertama ke luar negeri benar-benar membuka mataku. Bahwa dunia itu luas, sekaligus sempit.

Bumi kita saat ini dihuni lebih dari 8 miliar manusia. Keliling dunia jaraknya lebih dari 40.000 kilometer. Banyak sekali perbedaan di negara-negara manapun di dunia.

Tapi di sisi lain Bumi kita ini sempit. Dua jam penerbangan, sampai Malaysia. Tiga jam sampai Thailand. Delapan jam sampai ke Jepang. Kurang dari sehari semalam penerbangan langsung, kita sudah sampai Amerika atau Eropa. Selain itu juga ada satu kesamaan, kita sama-sama manusia. We consist of the same flesh and bones.

Setelah ke Amerika Serikat perjalanan seorang diri, rasa-rasanya aku lebih berani untuk ke luar negeri. Halangan bahasa yang lebih ekstrem di Thailand. Rute yang memusingkan di Singapura. Sampai pilihan makanan dan tempat salat yang terbatas di Vietnam semua bisa diatasi.

Aku pun mendapat beberapa insight menarik yang aku tuliskan berikut ini:
Pertama, jangan terlalu sungkan. Ungkapkan apa yang jadi keinginanmu, dan tanyakan apa yang perlu ditanyakan. Sungkan juga bukan berarti nggak sopan.

Kedua, negaraku Indonesia ternyata nggak buruk-buruk amat. Dibanding Amerika Serikat cukup banyak aspek baik dari Indonesia. Dibanding negara ASEAN, negara kita disegani. Ini adalah hasil dari demokrasi yang cukup baik, kerja sama masyarakat yang baik, dan kemauan dari Pemimpin untuk terus meningkatkan kualitas.

Bahasa Indonesia juga keren sebagai bahasa yang mudah dipahami, hasil kesepakatan, dan sangat muda usianya tapi sudah jadi 10 bahasa dengan penutur terbanyak di dunia. Plus, makanan Indonesia juga enak-enak!

Ketiga, cara pandang orang banyak yang berbeda dibanding cara pandang kita. Di Indonesia, kita cenderung meyakinkan orang untuk sepakat dnegan cara pandang kita. Tapi di luar negeri apa yang bisa kita lakukan adalah terbuka dan menerima. Dari sini kita justru banyak belajar.

Keempat, ke luar negeri bisa dilakukan banyak orang. Jutaan orang Indonesia mungkin punya paspor, tapi hanya dipakai satu-dua kali: untuk umroh atau naik haji. Padahal selain ke tanah suci, main ke luar negeri bisa sangat membuka mata tentang hal baru apa yang bisa dilakukan di Indonesia.

Kelima, diaspora Indonesia sangat sedikit. Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak kelima dunia setelah India, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Pakistan. Dibanding keempat negara tersebut, Indonesia sangat sedikit diasporanya di luar negeri.

Bahkan, dibanding Malaysia, Thailand, dan Filipina yang jauh lebih kecil diaspora Indonesia masih kalah jauh. Ini mungkin bisa jadi peluang untuk generasi kita bertebaran dan berkomunitas di banyak negara. Sekaligus memperkenalkan makanan dan budaya Indonesia ke dunia.

Komentar

Postingan Populer