Siapa Menanam, Dia Mengetam
Aku punya cita-cita menjadi seorang petani. Cita-cita ini hadir karena seiring aku mendewasa, menurutku bertani itu ajaib. Bayangkan bagaimana benda mati berupa tanah ditambah biji-bijian, jadi tanaman yang hidup. Disiram hujan, lalu berselang tiga bulan berbuah dan siap dipanen.
Kalau yang dimaksud tanaman adalah tanaman singkong, malah lebih ajaib lagi. Batang singkong tinggal ditancapkan, beberapa bulan kemudian menjadi bongkahan ubi kayu yang luar biasa besar.
Bagiku, proses ini seperti sulap atau bahkan mukjizat nabi-nabi. Hanya saja berjalan dalam waktu yang lebih panjang dan proses yang lambat. Kalau dipikir sekilas seperti nggak mungkin dari biji atau batang menjadi tanaman, apalagi sampai berbuah, tapi dari situlah kita makan setiap hari. Karena hasil-hasil pertanian itulah kita hidup sampai detik ini.
Meski begitu, tulisan ini bukan tulisan tentang pertanian atau menjadi petani.
Proses Panjang
Siapa menanam, dia mengetam. Siapa yang menanam sesuatu hari ini, dia akan menuai hasilnya di masa yang akan datang. Peribahasa ini biasa-biasa saja maknanya bagiku, hanya sebatas penggambaran hukum sebab-akibat saja. Aku pun nggak benar-benar belajar dari peribahasa ini.
Sampai beberapa waktu belakangan, aku bertemu dengan orang-orang keren dan ajaib pada bidangnya masing-masing.
Ada seseorang yang menurutku sangat kredibel di dunia IT. Proyek yang dilakukan bukan lagi proyek-proyek sembarangan. Rata-rata kelas nasional, baik itu swasta maupun pemerintah. Sesekali juga terlibat dalam proyek kelas internasional. Dirinya juga tidak asing dengan ekosistem start-up.
Setelah aku berbincang lebih dalam, ternyata satu sosok ini telah melalui proses panjang. Bukan sejak kuliah, bukan juga lima tahun lalu. Proses yang dijalani sejak SD, itu berarti sekitar 20-25 tahun lalu.
Selanjutnya ada seseorang pengusaha yang sukses di bidang kreatif. Aku tidak sengaja berjumpa beliau dalam beberapa kesempatan lima tahun terakhir, sampai akhirnya diajak kerja sama dalam satu-dua kegiatan. Kalau pembaca sekalian melihat iklan brand-brand besar skala nasional, mungkin beberapa di antaranya digarap oleh agensi milik pengusaha yang satu ini.
Sekitar tahun 2008-2009 ketika aku baru mengenal internet, ada sebuah situs web yang menyajikan fakta dan cerita (nyata maupun fiksi) dan aku baca hampir setiap hari. Situs web ini sangat populer dan juga dipromosikan melalui medsos Facebook yang sangat terkenal saat itu. Belasan tahun kemudian barulah aku tahu ternyata pengusaha sukses tersebut merupakan salah seorang di balik situs web yang aku maksud.
Aku masih ingat betapa berbinar-binarnya aku dan ber "ooooh" penuh kekaguman ketika pertama kali tahu fakta ini.
Contoh selanjutnya, aku ambil dari negeri jiran Malaysia. Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim punya kisah yang sangat panjang sebelum menang Pemilu pada 2022 lalu. Anwar memulai karir sebagai oposisi dan reformis sejak 1998. Dipenjara pada 1999 dan bebas pada 2004. Pada 2015 dirinya kembali dipenjara, baru bebas di tahun 2018.
Setelah bebas, apakah langsung menjadi perdana menteri? Enggak. Setelah masuk parlemen pada 2018, di tahun 2020 dirinya hampir menjadi perdana menteri tetapi kemudian digagalkan berbagai pihak. Akhirnya, tahun 2022 Anwar menjadi PM setelah perjuangan panjang 24 tahun. Waktu ini belum menghitung proses-proses sebelumnya sejak Anwar terjun ke dunia politik.
Begitulah, proses dalam kehidupan memang panjang. Tapi siapa yang memulai dan konsisten, sambil menghadapi berbagai tantangan, lama kelamaan akan menuai hasilnya. Paul Coelho, penulis legendaris dari Brasil menulis buku Sang Alkemis (versi bahasa Inggris berjudul The Alchemist) yang hanya dibeli sebanyak hitungan jari pada cetakan pertama. Tapi karena dirinya yakin akan kualitas dan pengalamannya selama bertahun-tahun, buku tersebut ia promosikan dari mulut ke mulut, dari rumah ke rumah.
Saat ini, buku The Alchemist menginspirasi ratusan juta orang di dunia. Telah terjual lebih dari 150 juta kopi dan diterjemahkan ke 67 bahasa. Enam puluh tujuh bahasa!
Siapa Menanam, Dia Mengetam
Aku nggak tahu bagaimana persisnya asal-usul peribahasa ini. Tapi, dari bahasa yang digunakan jelas menunjukkan bahwa peribahasa ini datang dari budaya pertanian. Dengan menanam, akan muncul hasilnya suatu saat. Begitu pula dalam kehidupan seorang manusia, siapa yang memulai, akan ada hasilnya kelak.
Dan, hasil yang dimaksud bukan hadir dalam hitungan bulan. Juga mustahil hadir dalam semalam. Hasil yang akan dituai juga bergantung pada prosesnya. Bibit yang ditanam akan tumbuh dan berbuah, tapi akan makin baik hasilnya jika rutin disiram air. Makin baik lagi jika tanaman diberi pupuk beberapa kali dalam periode tanam.
Setelah merefleksikan proses ini dan membandingkan dengan keadaanku sekarang, ternyata aku pernah merasakan proses menanam-mengetam ini (walau masih dalam versi mini).
Sejak 2015 aku punya impian untuk berkunjung ke luar negeri tapi selalu gagal dengan sebab yang bermacam-macam. Tahun 2017, aku sampai ke perbatasan Indonesia - Malaysia di Aruk, Sambas, Kalimantan Barat. Saat itu hanya dapat memandang kantor imigrasi Malaysia dari kejauhan karena aku belum punya paspor.
Tahun 2020, aku membuat paspor di bulan Februari sembari menargetkan tahun 2020 atau 2021 mulai mencoba main ke negara-negara terdekat. Ternyata, pandemi melanda satu bulan setelahnya dan membuat mobilitas di dalam negeri saja terbatas, apalagi ke luar negeri. Harapan untuk menjelajah ke luar negeri pun aku buang jauh-jauh.
Pertengahan 2022 aku iseng-iseng mendaftar YSEALI. Aku sebut iseng karena aku pernah gagal di tahun 2018 sehingga aku menurunkan ekspektasi. Ternyata, aku lolos dan berangkat ke Amerika. Perjalanan ini sangat berkesan karena aku jadi punya teman-teman internasional, juga jadi perjalanan internasional pertamaku.
Tujuh tahun waktu yang dibutuhkan hanya untuk "menanam" mimpi, sampai benar-benar berhasil "mengetam" perjalanan ke luar negeri. Ini baru satu hal sederhana, untuk hal-hal lain yang lebih hebat tentu perlu waktu lebih lama dan proses yang lebih panjang.
---
Siapa menanam, dia mengetam. Aku menulis ini bukan karena aku sudah berhasil, justru aku sedang dalam fase proses panjang yang membosankan sekaligus membingungkan. Tapi aku mencoba untuk terus berjalan, menghadapi apa yang ada di depan mata. Sambil terus percaya dan mengupayakan target serta impian yang aku miliki. Entah bagaimana nanti ujungnya, entah apa yang terjadi 10, 20, 30 tahun mendatang.
Dalam tulisan ini, aku juga berangkat dari kisahku sendiri dan beberapa orang yang aku ketahui, nggak banyak memotivasi maupun mengajarkan pembaca sekalian melakukan langkah-langkah tertentu. Karena kesuksesan nggak ada tutorialnya, perjalanan menuju impian juga nggak ada rumusnya. Yang penting selalu memegang prinsip siapa yang menanam, dia mengetam.
Selamat mengejar mimpi-mimpimu, dan meraihnya satu per satu. :)
Komentar
Posting Komentar